Pendahuluan
Pencarian
pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum,
yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah.
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu
Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan
prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata
lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan
teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan
kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur
yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam
hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan
demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat
digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu
wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada
hukum-hukum logika.
Pembahasan
1.
Hipotesis
dan Teori
(Wikipedia, 2013 : 1)
(Wikipedia, 2013 : 1)
Hipotesis ini merupakan suatu jenis
proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai
suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau
lebih variabel
yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan
dalam kerangka teoritis.
Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan antara variabel,
sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan
sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah
dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian.
Sebab, teori
yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai
jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji
suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang
diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai
dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya,
teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati
dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu
menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret
yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati
atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi
yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut
sebagai hipotesis.
Jika teori merupakan pernyataan yang
menunjukkan hubungan antar-konsep (pada
tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan
hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris). Hipotesis
menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan
dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data
yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh sebab itu,
hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk yang
dapat diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag
hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative
statements about reality).
Oleh karena teori berhubungan dengan
hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori
yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang
tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk
menggunakan teori yang ada. Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang
reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam
menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan
antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori
yang digunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi, sumber hipotesis
adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu,
baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori
penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut
hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih
sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif),
kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.
2.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya :
• Luna Maya adalah bintang film dan iklan, dan ia berparas cantik.
• Revalina. S. Temat adalah bintang film dan iklan, dan ia berparas cantik.
*Generalisasi: Semua bintangfilm dan iklan berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang film dan iklan berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Bella juga bintang film, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
a.Generalisasi
sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus pendudukindonesia
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus pendudukindonesia
b.
Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh wanita dewasa di Indonesia senang memakai rok mini. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh wanita dewasa di Indonesia senang memakai rok mini. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi yang tidak sempurna
juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang
benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
- Jumlah datal yang diteliti terwakili.
- Data harus bervariasi.
- Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari kejadian umum/ tidak umum.
- Jumlah datal yang diteliti terwakili.
- Data harus bervariasi.
- Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari kejadian umum/ tidak umum.
3.
Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yangmempunyai sifat yang sama.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yangmempunyai sifat yang sama.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
- Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
- Meramalkan kesamaan
- Menyingkapkan kekeliruan
- Klasifikasi
Contoh analogi : Demikian pula
dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan
garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan
kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
4.
Hubungan
Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
a) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b) Akibat – Sebab.
Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Contoh Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar